Manfaat Internet Demi Tegaknya Perpustakaan Kami

Sepulang dinas, seperti biasa, saya kembali melangkahkan kaki menyusuri tepi jalan kecil menuju jalan utama. Seringkali ongkos becak terpaut hingga sepuluh ribu rupiah. Padahal jarak nggak terlalu jauh dari rumah sakit tempat saya bekerja. Jalan tengahnya, ya lebih baik saya jalan kaki saja. Kira-kira sepuluh menit dari tempat kerja saya akan sampai di jalan utama dan bebas menyetop becak dan tentu saja akan ada selisih harga. Yang terhemat tentu jadi pemenang.

Di dekat penantian becak itu, berdiri perpustakaan kota. Sudah lama saya melihat dan memperhatikan, tetapi urung masuk karena bingung. Belum ada informasi yang bisa membawa saya menemukan informasi bagaimana cara masuk dan mendaftar menjadi anggota. Ohya, sebelumnya, saya sudah mencari di laman mesin pencarian, tapi sepertinya website perpustakaan tersebut tidak dalam kondisi terkini.

Tapi karena saat itu saya sedang ada deadline penulisan naskah buku, ya akhirnya memutuskan untuk masuk juga meskipun dengan langkah setengah mantap. Setelah tanya-tanya sejenak dengan petugas jaga yang ramah, ternyata tak sulit kok. Hanya perlu menunjukkan KTP untuk kemudian petugas membuatkan kartu anggota. Setelah itu beliau mempersilakan saya naik ke lantai dua tempat buku-buku berada. Ohya, beliau juga bilang kalau maksimal jumlah buku yang bisa dipinjam adalah tiga buku.

Kunjungan Pertama Begitu Berkesan

Manfaat tak terbatas Internetnya Indonesia


Saya menginjakkan kaki di pukul sembilan pagi. Saat itu masih ada seorang petugas kebersihan. Namun bagian yang dituju sudah bersih, jadi saya bisa langsung ke sana. Ternyata, sudah ada beberapa siswa yang sedang membaca. Mereka duduk lesehan di dekat rak.

"Buku ini udah tua sekali. Sudah ada sejak mamaku kecil," celoteh seorang siswa berjilbab putih.

"Udah tua kali lah, itu," timpal temannya. "Aku kalo baca buku yang di handphone aja. Tengoklah ini!" katanya lagi sambil menyibakkan rambut hitam panjang yang tergerai.

Lalu keduanya sibuk scroll handphone dan membiarkan buku tadi tergeletak di samping. Saya lihat itu memang buku yang pernah dibaca saat sekolah dasar. Buku-buku tebal khas dahulu kala.

"Sudah, yuk! Kita balik. Aku mau ngerjain tugas, nih. Aku pinjam bukunya dulu, ya. Kamu ambil tas kita di loker!" perintah siswa yang ibunya juga suka baca.

Ternyata si buku tua akan membantu siswa itu mengerjakan tugas.

Lalu bagaimana dengan saya? Yang datang ke sini untuk mencari referensi menulis buku. Sama saja, kan? Beda cerita kalau saya pergi ke perpustakaan besar di kota Medan sana. Ya, tujuan utama saya bisa karena rekreasi bukan karena keharusan cari referensi.

Bila Hari Libur Ada Perpustakaan Mungkin Lain Cerita


Saya sering mendapatkan off dinas tepat di hari libur. Pengennya sih ke perpustakaan. Bukan karena cari referensi, sih. Ya, saya selalu suka melihat tumpukan buku lalu berlama-lama di dalamnya. Sebut saja saat-saat dimana saya telah menyelesaikan naskah buku dan revisi. Lha, tapi, perpustakaan tidak mau menerima saya. Sebab, ia hanya akan membuka pintu di Senin hingga Jumat di jam kerja.

Padahal, hemat saya, Sabtu dan Minggu adalah waktu yang lowong untuk banyak aktivitas. Bisa saja para kutu buku seperti saya mencari tempat mukim. Bisa saja para pekerja, yang lagi-lagi seperti saya butuh bahan baca. Tapi, ya sudahlah. Kenyataan belumlah menjemput harapan.

Hadirnya Perpustakaan dalam Format Digital, Antara Kemajuan atau justru?


Sejatinya, kecanggihan zaman akan terus melesat. Buku hadir dalam format digital. Para penikmat buku bisa mengakses buku dari gawai, para penimbun buku bisa lebih menghemat ruang rak tapi ya memperbesar cloud dan rutin langganan paket data/pasang wifi, para penulis yang dikejar deadline bisa mendapatkan buku tanpa harus nunggu pesanan diantar kurir, dan tentu saja masih banyak kemudahan lainnya.

Ada lagi buku dalam format audio, lo. Buat yang rada pusing baca dalam perjalanan bisa banget dengar buku, ehhe. Kecanggihan teknologi telah menyentuh banyak sisi. Gimana tetap bisa menikmati buku dalam situasi yang di luar ekspektasi.

Tapi, saya si kutu buku yang selalu suka aroma buku baru dan selalu ada sensasi sendiri saat menyentuh halaman buku daripada ketuk-ketuk layar handphone. Nah, jadi harus ada prioritas mulai sekarang. Mana buku yang bisa diakses oleh teknologi ya manfaatkan dan mana buku yang wajib baca fisik ya bisalah ya dipertimbangkan buat beli.

Hari ini saya baru saja scroll Instagram dan menemukan akun litara ternyata di sana ada perkenalan pada aplikasi Let's Read. Banyak banget buku anak yang tersedia dalam beberapa bahasa pilihan, dari internasional sampai daerah. Buku-buku tersedia gratis dan pastinya sudah lolos dari pelatihan pembuatan buku anak yang sangat bergengsi.

Membaca buku di Let's Read menimbulkan semangat baru sebagai wanita untuk memberikan kontribusi terbaik. Teman-teman bisa coba ke sini. Buku anak yang bisa banget memberikan pencerahan segala usia. Ini adalah salah satu perpustakaan dalam format digital.

Asalkan ada daya penunjang, buku digital ini bisa diakses oleh siapa saja. Tak ada lagi masalah dengan jarak tempuh. Tinggal ketik di laman pencari buku siap dinikmati.

Pandangan gen z terhadap perpustakaan menuju literasi informasi yang lebih baik


Baik buku digital maupun buku fisik sama pentingnya untuk menumbuhkan semangat literasi. Persoalannya, kehadiran perpustakaan hendaknya jangan menyamakan dengan museum. Sunyi sepi. Perpustakaan tidak hanya buka di hari kerja, misalnya. Mengadakan pelatihan menulis, membaca puisi dan literasi lainnya akan menjadikan perpustakaan punya nuansa yang lebih bersahabat.

Sebagai seorang yang punya euforia khusus saat menemukan bus perpustakaan keliling, saya memiliki beberapa masukan untuk perpustakaan. Saran sederhana yang sangat ingin terwujud di masa depan.

Tak hanya hari kerja, pun hari libur bukalah pintumu, sambut kami

Ya, mungkin para petugas bisa bekerja dalam sistem sif untuk mengisi hari libur tersebut. Sungguh, akan ada bibit baru yang tumbuh pada kecintaan dunia baca jika sering melihat pintumu terbuka. Mula-mula mungkin ia hanya akan penasaran, lalu merasa nyaman dan berakhir dengan kecintaan.

Ajang silaturahmi, timba ilmu lewat event dan lomba


Di masa kini banyak ilmu yang bisa didapatkan tentang kepenulisan. Para suhu turun gunung lewat webinar dan terjun langsung. Di hari libur, perpustakaan bisa buka dan mengisi kegiatan dengan hal-hal tersebut.

Kolaborasi dengan perpustakaan digital


Jika buku bisa dijumpai dalam format digital, maka perpustakaan mau tidak mau harus bisa diajak duet untuk memajukan literasi anak negeri. Sebut saja situs https://budi.kemdikbud.go.id/milik pemerintah ini. Beragam buku menarik sangat bisa memberikan informasi mumpuni. Perpustakaan tetap memberikan pelayanan dan buku digital juga disertakan dengan kehadiran perangkat komputer yang terhubung wifi, misalnya.

Anak negeri ini butuh terobosan terbaru dari perpustakaan. Yakinlah masih dan akan banyak gen z yang merindukan sensasi istimewa dari kunjungan ke perpustakaan. Berbenah, berinovasi dan senantiasa membuka diri terhadap perkembangan zaman. Namun tetap mempertahankan prinsip akan membuat masa depan perpustakaan selalu cerah. Tentu kami ingin perpustakaan selalu tegak dan memberikan arti.

Manfaat Internet Dukung Kemajuan Perpustakaan


Internet dan segala kemajuan teknologi turut membantu terselenggaranya proses transformasi ilmu pengetahuan baru, termasuk melalui perantara perpustakaan. Karena buku tak hanya bisa diakses dalam bentuk fisik. Banyak buku tak kalah bermutu yang hanya bisa diakses melalui perangkat digital. 

Telkom Indonesia tak henti berinovasi menghadirkan beragam pilihan paket internet yang semakin memanjakan pelanggan. Masyarakat Indonesia bisa mengakses banyak pengetahuan hanya dengan satu klik dalam genggaman. Kekuatan Internetnya Indonesia milik IndiHome menjadi pilihan terbaik saat ini. 

Posting Komentar