Profesi Bidan, Antara Impian atau Pelarian

 Assalamu'alaikum, sobat jejak.


Yeay, tampaknya hari ini berkesempatan menceritakan sedikit alasan mengapa akhirnya saya sampai di profesi sekarang ini. Lewat tantangan blogging Blogger Perempuan Network yang berjudul Ceritakan Tentang Profesimu.

Ohya, sedikit informasi bagi sobat yang baru saja tiba di blog ini, ya. Saya adalah seorang bidan yang suka nulis cerita anak. Inilah awal mula jejak langkah saya di dunia literasi. Lalu terus mencoba menembus belantara literasi sampai akhirnya sampai ke dunia blogging dan penulisan buku.

mengapa jadi bidan

3 Fakta tentang Bidan yang Akhirnya Jadi Profesi


Dari sekian banyak profesi mengapa akhirnya memutuskan menjadi seorang bidan? Nggak pengen jadi seseorang yang bergelut dengan dunia benda mati saja? Kan nggak enak berhadapan dengan penyakit! Kan nggak enak punya sistem kerja ala sif!

Karena impian papa


Alm. Papa selalu punya impian menjadikan sulungnya ini bekerja di bidang kesehatan. Sebab, abang kandung beliau dan anak-anaknya berprofesi sebagai dokter dan bidan. Nah, terinspirasi dari sepak terjang uwak, abang dan kakak sepupu, saya pun menemui takdir yaitu menjadi seorang bidan.

Saya masih ingat ketika kanak-kanak, papa sangat antusias menghadiri acara wisuda kakak sepupu yang mengambil kuliah kebidanan. Padahal, sungguh lumayan aral yang harus kami lalui kala itu untuk mencapai lokasi. Namun kekuatan impian alm. Papa ternyata dapat mengabaikan semua itu. 

Mendaftar di hari terakhir dengan tinggi nyaris tereliminasi

Punya tinggi kala itu 153 cm saja. Sementara minimal batas yang diterima adalah 150 cm. Hanya terpaut 3 cm dan saya khawatir luar biasa saat proses pengukuran. Keringat membasahi dahi dengan detak jantung beradu kayak balapan lari. 

Mengapa mendaftar di hari terakhir? Ya, karena sebelumnya saya sudah lulus di Universitas Jambi lewat jalur UMB (Ujian Masuk Bersama) di fakultas Pertanian. Saya kurang ingat ini di pilihan kedua atau ketiga. 

Setelah diskusi yang cukup lama, antara mendaftar di politeknik kebidanan atau melanjutkan langkah ke negeri orang. Ohya, saya berdomisili di Sumatera Utara. Tentunya, butuh pertimbangan yang matang untuk melepas si sulung menimba ilmu di tanah seberang.

Mengapa mengambil jurusan yang sudah tahu jauh begitu? Awalnya ya dicoba saja, eh nggak tahunya lulus. Sesederhana itu, sih, mikirnya. 

Ya, takdir mempertemukan dengan profesi bidan. Lulus seleksi administrasi dan lanjut dengan ujian seleksi yang diikuti nyaris 500-an peserta. Menjadi 123 orang yang akhirnya terbagi dalam tiga kelas. 

Membawa impian selanjutnya dari Papa dan Mama, yakni abdi negara

Pada seleksi CPNS 2018, saya mendaftar dengan menggunakan ijazah D-III Kebidanan. Padahal saat itu saya sudah menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik. Namun karena lowongan yang buka pada saat itu untuk jenjang pendidikan di bawahnya, maka saya pun menerima peluang itu. 

Omong-omong tentang tip sukses lulus CPNS Bidan, saya pernah bahas di blog Rekam Jejak Sang Pemimpi. Sobat jejak boleh mampir ke sana, ya.

Menjadi seorang abdi negara adalah salah satu impian besar orang tua saya. Meskipun tentunya bukan hal yang utama sebagai pencapaian dalam hidup. Namun profesi bidan ASN ini menjadi salah satu pintu rezeki keluarga kami setelah papa meninggalkan kami di 2014 silam. 

Manfaat Internet Membuat Saya Menggapai Impian

Sobat, mau tidak mau saya harus mengakui bahwa internet berperan aktif mewujudkan cita-cita saya saat ini. Karena kekuatan ngebutnya, saya bisa berselancar di platform belajar dan media sosial tanpa mengalami kendala. 

Bersama Tumpukan Soal di Malam Buta

Ya, saya harus bisa membagi waktu untuk belajar, karena pada saat itu saya pun sedang berstatus sebagai pengajar plus ibu asrama. Saya harus bisa memaksimalkan hari yang ada. Malam menjadi pilihan. Syukurlah, kekuatan internet yang lancar jaya, membuat saya bisa sat set sat set belajar. 

Bersama Video YouTube Memaknai Pekerjaan Baru

Pada akhirnya, saya menyandang predikat CPNS. Satu kesyukuran memang. Namun perjuangan saya belum berakhir. Mendapat tempat tugas di ruang ICU yang mayoritas dihuni oleh skill perawat, membuat bidan ini mesti belajar lebih-lebih. Banyak kemampuan yang tak saya pelajari justru sangat dibutuhkan pasien di ruang rawat total ini.

Bersama video-video yang dibagikan para expert saya mulai belajar perlahan. Menceburkan diri lebih dalam untuk dapat menemukan banyak mutiara yang saya yakini ada. Ya, ilmu baru yang bisa jadi bermanfaat bagi saya dan keluarga di masa depan, kan?

Kesimpulan


Tak ada pelarian dalam sebuah pencapaian. Saya yakin bahwa Allah swt. sudah menggariskan setiap langkah yang ditempuh seorang hamba dengan sangat indah. Selayaknya menempuh apa yang telah digariskan dengan penuh kesyukuran, karena mesti akan selalu ada hikmah luar biasa yang bisa diambil. 

Apakah pernah kecewa dengan keadaan sekarang? Manusiawi saya pernah berada di titik ini. Namun tak berlarut karena syukur membuat rasa itu surut dan akhirnya tak lagi berwujud. 

Selalu ada jalan bagi yang mau berusaha. Beruntung, manfaat internet yang luar biasa menunjukkan digdaya seperti jaringan IndiHome membuat Internetnya Indonesia semakin hari semakin maju.

Telkom Indonesia begitu cerdas melihat banyak peluang tentang kebutuhan internet yang serupa kebutuhan primer di masa kini. 

Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Saya adalah seorang tenaga kesehatan yang suka menulis, membaca dan mempelajari hal-hal baru. Alamat surel: karuniasylvianysambas@gmail.com

1 komentar untuk "Profesi Bidan, Antara Impian atau Pelarian"

Comment Author Avatar
Pelarian ataupun impian, semuanya In syaa Allah membawa manfaat dan keberkahan karena profesi ini banyak menolong orang.